Sabtu, 20 Oktober 2012

Bukti Ritual Mengerikan Suku Aztec Ditemukan


Bukti Ritual Mengerikan Suku Aztec Ditemukan

Penemuan 50 tengkorak dan 250 lebih tulang rahang di Templo Mayor, Meksiko, sebagai bukti suku Aztec memiliki ritual brutal yang mengerikan.

aztec,maya,kalenderKalender suku Aztec. (Thinkstockphoto)
Arkeolog menemukan 50 tengkorak dan 250 lebih tulang rahang di Templo Mayor yang terletak Tenochtitlan (Kota Meksiko modern). Penemuan ini sebagai bukti yang menguatkan dugaan bahwa suku Aztec memiliki ritual brutal yang mengerikan.
Tengkorak-tengkorak ini ditemukan di bawah platform yang disebut "cuauhxicalco," biasa digunakan untuk acara pengurbanan. Usia tengkorak ini diperkirakan lebih dari 500 tahun dan merupakan jumlah tumbal terbanyak yang pernah ditemukan.
Suku Aztec menggunakannya untuk melakukan ritual persembahan kepada Mictlantecuhtli, dewa kematian. 50 tengkorak digali di beberapa tempat yang berbeda. 45 tengkorak ditemukan tergeletak di atas batu, sedangkan lima lainnya terkubur di bawah batu.
Masing-masing dari lima tengkorak yang terkubur memiliki karakteristik bentuk yang sama, yaitu terdapat lubang di kedua sisinya. Ini menunjukkan bahwa tengkorak tersebut pernah digantung dan dijajarkan di tzompantli. Tzompantli adalah rak tengkorak sejenis rak kayu yang digunakan untuk menampilkan tengkorak manusia ke muka umum di dekat kuil.
Raul Barrera seorang arkeolog dari Meksiko National Institute of Anthropology and History menyatakan, tengkorak-tengkorak ini milik pria dan wanita dengan usia berkisar antara 20 hingga 35 tahun. Beberapa mungkin pernah digali dari situs lain dan kemudian dikuburkan kembali di sana.
Batu untuk pengurbanan ini nampak seperti nisan abu-abu. Bertinggi sekitar 45 sentimeter, panjang sekitar 36-43 sentimenter, dan tebal sekitar tujuh sentimeter. Penemuan ini mengindikasikan cara baru suku Aztec menggunakan tengkorak sebagai bagian dari ritual mereka. Sebab, selama ini suku Aztec diketahui memiliki ritual pengorbanan manusia dengan cara mengambil jantung korban.
"Biasanya orang yang tewas pada batu ini dengan cara dibuka dadanya dan jantungnya ditarik keluar," kata Barrera.


(Umi Rasmi Sumber: Discovery News)

Ditemukan, Struktur Batu Berbentuk Rusa Raksasa


Ditemukan, Struktur Batu Berbentuk Rusa Raksasa

Motif raksasa dari batu ini membentang sepanjang 275 meter. Mulai dari titik terjauhnya di arah barat laut hingga tenggara.

zjuratkul,ural,rusia,geoglyphGeoglyph berbentuk rusa di atas tanah Rusia, terlihat dalam garis putih tipis, terletak di dekat Danau Zjuratkul, di Pegunungan Ural (Google Earth)
Seorang pria bernama Alexander Shestakov secara tidak sengaja menemukan motif raksasa yang terbuat dari batu (geoglyph) berbentuk rusa di atas tanah Rusia. Penemuan ini kemudian diteruskan ke para ilmuwan yang akhirnya berujung pada ekskavasi yang dipimpin Stanislav Grigoriev dari Russian Academy of Sciences Institute of History & Archaeology.
Motif raksasa ini berlokasi di dekat Danau Zjuratkul, di Pegunungan Ural, utara Kazakhstan. Bentuknya mirip rusa dengan moncong, empat kaki, dan dua tanduk. Bahkan imaji satelit dari Google Earth di tahun 2007 menunjukkan adanya ekor. Namun, bentuk ini semakin tidak jelas di foto-foto terakhir.
Tanpa menghitung adanya ekor, motif raksasa dari batu ini membentang sepanjang 275 meter. Mulai dari titik terjauhnya di arah barat laut hingga tenggara. Bentangan ini sama dengan dua kali luas lapangan American football. Motif ini menghadap ke utara dan bisa terlihat dari punggungan bukit terdekat.
"Motif ini terlihat berwarna putih dan sedikit bersinar jika dibandingkan dengan latar belakang rerumputan hijau," tulis Grigoriev dan Nikolai Menshenin, dari State Centre for Monument Protection, dalam jurnal Antiquity seperti dilansir Kamis (11/10).
Penelitian mengindikasikan jika geoglyph ini adalah produk dari kebudayaan megalitik. Selain itu, tim yang dipimpin Grigoriev menemukan bahwa motif tersebut sangatlah rumit.
Namun, tidak dilakukan ekskavasi lebih ke bagian dalam geoglyph ini karena ditakutkan akan merusak motif tersebut. Ditambahkan pula jika geoglyph ini juga bukan yang pertama di wilayah Ural, karena ditemukan pula ratusan situs megalitik lainnya di lokasi yang berdekatan.
(Zika Zakiya. Sumber: Live Science)

Bukti Pertama Lokasi Julius Caesar Ditusuk Mati


Bukti Pertama Lokasi Julius Caesar Ditusuk Mati

Selama ini, tragedi kematian Julius Caesar hanya berupa teks klasik tanpa ada bukti apa pun.

torre argentina,roma,italia,julius caesarLokasi arkeologi di Torre Argentina, Roma, Italia. Ahli arkeologi dari CSIC mengklaim menemukan bukti pertama penusukan Julius Caesar di tempat ini. (Thinkstockphoto).
Beberapa pakar arkeologi dari Spanish National Research Council (CSIC) mengklaim menemukan bukti pertama lokasi di mana Julius Caesar tewas ditusuk.
Caesar, pemimpin karismatik Roma, selama ini diketahui tewas ditusuk oleh rival politiknya di Senat pada 15 Maret Sebelum Masehi (SM). Namun, pengetahuan itu selama ini hanya berupa teks klasik tanpa ada bukti apa pun. Kini, tragedi tersebut bisa dibeberkan dengan fakta arkeologi yang ditemukan.
Arkeolog menggali struktur beton dengan lebar dan tinggi 3 meter x 2 meter di dasar Curia (teater) of Pompey, Torre Argentina, Roma, Italia. Lokasi ini disebutkan dalam berbagai literatur sebagai tempat terjadinya penusukan. Struktur ini diduga dibangun oleh Augustus, anak angkat sekaligus penerus Caesar, sebagai bentuk kecaman terhadap pembunuhannya. Struktur inilah yang akhirnya jadi kunci penemuan para arkeolog.
Mereka menyimpulkan bahwa Caesar ditusuk saat sedang duduk memimpin pertemuan dengan anggota Senat. Lokasi tepatnya penusukan tertutup dengan struktur empat dinding beton.
"Kita selama ini tahu Julius Caesar dibunuh di Curia of Pompey pada 15 Maret 44 SM lewat teks klasik yang diwariskan turun-temurun. Tapi selama ini belum ada bukti material atasnya," ujar Antonio Monterroso, salah satu peneliti dari CSIC. Tragedi penusukan Caesar, tambah Monterroso, biasanya dicitrakan dalam lukisan sejarah atau pun film.
Literatur klasik juga menyebutkan, tiga hari pasca pembunuhan, Curia ditutup dan dijadikan kuil khusus untuk Caesar. Untuk mempelajari hubungan antara bangunan yang ada di sekitar komplek penusukan dengan apa yang coba digambarkannya, para arkeolog turut mempelajari beberapa bangunan lain. Salah satunya Portico of the Hundred Columns atau biasa dikenal dengan nama Hecatostylon.
"Sangat menarik, dalam indera sipil dan masyarakat, bahwa ribuan orang saat ini naik bus dan trem tepat di sebelah tempat Julius Caesar ditusuk 2.056 tahun lalu," kata Monterroso.
(Zika Zakiya. Sumber: Live Science, International Business Time)

Minggu, 30 September 2012

Ditemukan, Patung Buddha Kuno Terbuat dari Meteorit


Ditemukan, Patung Buddha Kuno Terbuat dari Meteorit

Patung ini diberi nama "Iron Man," diklaim sebagai Vaisravana yaitu dewa Buhdha untuk kekayaan atau perang.

buddha,patungIlustrasi patung buddha (Thinkstockphoto)
Ilmuwan Jerman menemukan sebuah patung Buddha Kuno yang terbuat dari batuan luar angkasa. "Iron Man," begitulah sebutan untuk patung Buddha dengan tinggi 24 sentimeter dengan berat sekitar 10,6 kilogram. Diukir dari batu meteorit yang jatuh sekitar 10.000 tahun lalu di sepanjang perbatasan Siberia-Mongolia.
Usia patung memang tidak diketahui secara persis, namun para ilmuwan memperkirakan antara abad ke 8 Masehi hingga 10 Masehi. Ukiran menggambarkan sosok pria yang sedang duduk dengan kaki kirinya terselip dan tangan kirinya memegang sesuatu. Di dadanya terdapat simbol swastika Buddha yang merupakan simbol keberuntungan. Patung Iron Man ini dianggap sebagai Vaisravana yaitu Dewa Buddha kekayaan atau perang.
"Patung dipahat dari sebuah meteorit besi, dari fragmen meteorit yang jatuh di daerah perbatasan antara Mongolia dan Siberia sekitar 15.000 tahun yang lalu," kata Elmar Buchner peneliti dari Universitas Stuttgart.
Iron Man pertama kali datang ke Jerman dalam sebuah ekpedisi Tibet 1938-1939 yang dilakukan oleh ahli zoologi dan etnologi bernama Ernst Schäfer. Ia dikirim oleh partai Nazi Jerman ke Tibet untuk menemukan dan meneliti asal muasal suku bangsa Arya. Hingga akhirnya patung ini sampai ke tangan pihak swasta.
Kemudian, Elmar Buchner bersama rekannya mulai menganalisa patung pertama kali tahun 2007. Ia mengambil lima sampel kecil. Selanjutnya tahun 2009, tim mendapat kesempatan mengambil lebih besar sampel dari bagian dalam patung yang dianggap masih baik dibanding bagian luar yang rentan dan telah terkontaminasi oleh pelapukan.
Peneliti menyimpulkan bahwa patung tersebut diukir dari kelas batuan langka luar angkasa yang dikenal dengan meteorit ataxite. Ataxite merupakan kelas meteorit besi dengan kandungan nikel yang tinggi. Analisa kimia dari sampel patung Iron Man menunjukkan kemiripan dengan hamparan batuan yang terkenal di perbatasan Siberia dan Mongolia.
Chinga meteorite setidaknya terdiri dari 250 fragmen meteorit, yang relatif paling kecil akan tetapi dalam kasus ini ditemukan 2 topping seberat 10 kilogram di sana. Para ilmuwan memperkirakan meteorite Chinga jatuh pada 10.000 hingga 20.000 tahun yang lalu. Penemuan di lapangan pertama kali tercatat pada tahun 1913.
"Iron Man adalah satu-satunya ilustrasi sosok manusia yang diukir dari metorit, ini artinya kita tidak memiliki sesutu apapun untuk dibandingkan ketika menaksir nilainya. Jika dilihat dari asal usulnya mungkin seharga US$20.000, namun jika memperkirakan usia patung dengan benar yang berusia hampir ribuan tahun maka itu tak ternilai harganya," kata Buchner.
(Umi Rasmi. Sumber: Live Science, Discovery News)

Rabu, 26 September 2012


Mozaik Raksasa Peninggalan Romawi

Mozaik berukuran 149 meter persegi dengan pola-pola geometris yang unik menggambarkan pengaruh Kekaisaran Romawi yang kuat.

mozaik,hiasan,keramikIlustrasi mozaik (Thinkstockphoto)
Mozaik raksasa dengan pola-pola geometris yang rumit ditemukan di selatan Turki. Mengungkap pengaruh kuat kekaisaran bangsa Romawi pada masa kejayaannya.
"Mozaik ini pernah menghiasi lantai kamar mandi, berbatasan dengan kolam renang yang panjangnya tujuh meter yang terbuka ke udara," ujar Michael Hoff dari University of Nebraska yang bertindak sebagai direktur dalam penggalian ini.
Mozaik itu mungkin dibangun antara abad ketiga dan keempat. Yang mengagumkan adalah ukuran mozaik yang luar biasa besar, 149 meter persegi atau sama dengan ukuran rumah sederhana. "Sejujurnya, saya benar-benar kagum dengan ukuran mozaik yang besar," kata Hoff.
Penemuan mozaik terungkap sejak sepuluh tahun lalu ketika bajak seorang petani tersangkut mozaik yang ada di bawahnya. Penemuan tidak sengaja di Antiochia ad Cragum, selatan pantai Turki, itu memicu penelitian lebih lanjut dari para arkeolog.
Kemudian, seorang profesor dari Purdue University, Nick Pedanda, berdialog bersama arkeolog lainnya. Termasuk dengan para ahli museum lokal di Alanya, Turki. Namun, penggalian urung dilakukan saat itu karena ternyata museum tidak memiliki dana untuk menggali, sehingga para arkeolog meninggalkan situs tersebut.
Tapi akhirnya tahun lalu,sebuah izin arkeologi baru pun berhasil didapat. Para arkeolog museum kembali mengundang Hoff dan timnya untuk menyelesaikan penggaliannya. Hingga saat ini para peneliti telah menyelesaikan 40 persen pengerjaan dari seluruh mozaik.
Lantai masih dalam kondisi murni. Mozaik tersebut masing-masing berbentuk kotak besar dengan desain geometrik yang unik dengan latar belakang berwarna putih dengan polastarburst hingga saling terjalin satu sama lain.
"Ini mozaik terbesar yang pernah ditemukan di selatan Turki, yang dianggap lebih mengarah kepada Kekaisaran Romawi. Dengan keberadaan mosaik ini menunjukkan bahwa Antiochia ad Cragum mendapatkan pengaruh cukup kuat dari bangsa Romawi, Saya yakin itu," kata Hoff.
Antiochia ad Cragum didirikan pada abad pertama dan memiliki sejumlah fitur Romawi. Termasuk rumah pemandian dan pasar. Tim akan kembali lagi dengan para mahasiswa dan relawan untuk menyelesaikan penggalian mozaik pada bulan Juni 2013.
(Umi Rasmi Sumber: Live Science)

Selasa, 25 September 2012

Temuan Papirus Membuktikan Yesus Menikah? 

Kertas papyrus dari abad ke-4 yang bertuliskan kata-kata dalam bahasa Koptik – bahasa kuno Kristen-Mesir - memicu perdebatan apakah Yesus pernah menikah



PARA ahli agama di Roma sedang berdebat terkait selembar kecil kertas papyrus yang mungkin menunjukkan pemikiran beberapa warga Kristen sebelumnya tentang keberadaan “istri” pemimpin spiritual mereka – Yesus Kristus. 

Berbicara dalam sebuah konferensi ilmu agama, Profesor Karen King dari Harvard Divinity School mengumumkan bahwa para ilmuwan sedang mempelajari selembar papyrus yang mengutip Yesus Kristus mengatakan kata-kata “istriku”. Karen King mengatakan papyrus itu berasal dari abad ke empat, tetapi usia tinta yang digunakan perlu diuji lebih jauh.

Kata-kata itu ditulis dalam Koptik – bahasa kuno Kristen-Mesir – dan konteks kata-kata itu tidak jelas, karena tampil di selembar kecil papyrus yang hanya berukuran lebih besar dari kartu nama.

Karen King mengatakan kata-kata itu tidak membuktikan bahwa Yesus menikah, hanya umat Kristen pada awalnya mungkin berpendapat demikian. Tradisi Kristiani sejak lama beranggapan bahwa Yesus tidak menikah.

Temuan baru tentang hubungan Yesus dengan perempuan – baik sebagai pasangan maupun murid – dapat memicu perdebatan tentang peran perempuan dalam agama Kristen.

Artifak yang dimiliki oleh kolektor pribadi itu memicu skeptimisme bahwa pemilik artifak itu sengaja memicu publisitas guna menaikkan nilai objek yang dimilikinya itu

Ditemukan, Senjata Tertua yang Pernah Ada


Ditemukan, Senjata Tertua yang Pernah Ada

Tombak dan fosil binatang yang ditemukan di situs tersebut mengindikasikan tingginya kemampuan berburu manusia yang ada saat itu.

tombak,fosilTemuan fosil tertua yang pernah ada. (University of Tübingen/Phys.org)
Arkeolog dari University of Tübingen, Jerman, berhasil menemukan delapan tombak berusia 300 ribu tahun. Menjadikannya sebagai senjata tertua yang pernah ada.
Tombak ini ditemukan dari situs zaman batu di Schöningen, Jerman. Diperkirakan pemiliknya adalah anggota dari spesies homo heidelbergensis --spesies yang kini sudah punah.
Dilansir Senin (17/9), tombak dan fosil binatang yang ditemukan di situs tersebut mengindikasikan tingginya kemampuan berburu manusia yang ada saat itu. Mereka mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Bisa menyelami pemikiran abstrak dan perencanaan yang cukup rumit.
Proyek penemuan tombak di situs tersebut dikepalai Nicholas Conard. Sedangkan penggalian diawasi Jordi Serangeli, keduanya dari Institute of Prehistory di University of Tubingen.
Mereka mengaplikasikan skil dari berbagai disiplin ilmu untuk bisa menentukan kehidupan manusia di Schöningen pada 300 ribu tahun lalu. Ditemukan pula fosil dari mamalia besar seperti gajah, badak, kuda, dan singa. Ditambah fosil amphibi, reptil, kerang, dan kumbang. Sayangnya di situs tersebut tak ditemukan fosil manusia. Inilah yang menyulitkan penelitian lebih lanjut.
Meski demikian, penggalian tetap dilakukan sepanjang tahun ini. Tiap harinya ditemukan fosil penting untuk didokumentasikan. Di antara penemuan penting adalah artefak batu, tulang, dan kayu.
Atas bervariasinya temuan, Schöningen bukan hanya menjadi titik referensi arkeologi. Tapi juga untuk penelitian ekologi dan iklim. Tahun 2013 mendatang akan dibuka museum Palaon di lokasi ini. Tujuannya untuk memberi informasi pada publik mengenai temuan apa saja di Schöningen.
(Zika Zakiya. Sumber: Phys.org)

Bagaimana Manusia Menyebar di Bumi?


Bagaimana Manusia Menyebar di Bumi?

Setelah mengonsumsi DHA dalam jumlah cukup, otak manusia kemudian berkembang sehingga memiliki kompleksitas dan fungsi yang lebih banyak.

otak(Thinkstock)
Dari sebuah studi yang dilakukan oleh tiga tim peneliti dari Wake Forest Baptist, Johns Hopkins University School of Medicine, dan University of Washington School of Medicine, diketahui bahwa sebuah mutasi genetik yang terjadi ribuan tahun lalu merupakan jawaban bagaimana manusia purba mampu bermigrasi ke berbagai belahan dunia.

Seperti diketahui, menurut ilmu arkeologi dan genetika, Homo sapiens muncul di bumi sekitar 180 ribu tahun lalu. Namun, mereka tetap tinggal di satu kawasan saja, tepatnya di sekitar perairan di Afrika tengah selama hampir 100 ribu tahun lamanya. Namun, setelah itu, manusia purba kemudian menyebar ke seluruh dunia, atau dikenal juga dengan ‘the great expansion’.

Untuk mencari jawaban atas kekuatan evolusioner yang mampu mengubah pola variasi genetika tersebut, ketiga tim peneliti mengamati genetika dari populasi manusia yang berbeda. Sebanyak 1.092 individu, mewakili 15 populasi manusia yang berbeda diamati dalam studi yang disebut sebagai 1000 Genome Project. Selain itu, 1.043 database individu dari 52 populasi yang ada di Human Genome Diversity Panel juga diteliti.

Setelah ketiga tim peneliti melakukan analisis terhadap pola variasi urutan genetika pada berbagai populasi manusia di seluruh dunia, mereka mendapati bahwa varian genetik penting muncul di kluster genetika utama pada kromosom 11 yang dikenal dengan fatty acid desaturase cluster (FADS) pada sekitar 85 ribu tahun lalu. Variasi ini memungkinkan manusia awal mengembangkan otak mereka menjadi berukuran lebih besar, memiliki kompleksitas tinggi dan fungsi yang lebih banyak.

Menurut Floyd Chilton, peneliti dari Center for Botanical Lipids and Inflammatory Disease Prevention, Wake Forest Baptist, manusia purba membutuhkan asam dokosa heksanoat (DHA) yang biasa ditemukan pada ikan dan kerang untuk mendukung fungsi otak yang kompleks.

“Kemungkinan inilah yang membuat manusia purba berkumpul di perairan di Afrika tengah di mana banyak ditemukan sumber makanan yang mengandung DHA,” kata Chilton. “Setelah mereka mengalami perubahan genetika, dan otak mereka mulai memiliki ukuran yang lebih besar, kompleksitas tinggi dan fungsi yang lebih banyak, mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru benua Afrika,” ucapnya.
Pada laporannya yang dipublikasikan di jurnal PLoS One, Joshua Akey, salah satu peneliti dari University of Washington menyebutkan, konversi genetika yang terjadi tersebut membuat manusia tidak lagi hanya perlu mengandalkan satu sumber makanan saja (ikan) untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan otak mereka.
(Abiyu Pradipa. Sumber: Phys.Org)

Nenek Moyang Manusia Sudah Lakukan Daur Ulang


Nenek Moyang Manusia Sudah Lakukan Daur Ulang

Menggunakan peralatan daur ulang membuat manusia purba tak perlu bepergian jauh demi mencari bahan baku untuk alat yang mereka butuhkan

daur ulang,recycle,ramah lingkunganDaur ulang (Thinkstockphoto)
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitat Rovirai Virgili dan Catalan Institute of Human Paleoecology and Social Evolution, Spanyol, mengungkapkan bahwa manusia dari era Upper Paleolithic sudah melakukan daur ulang terhadap peralatan batu mereka untuk digunakan sebagai alat lain.
Studi ini dilakukan berdasarkan pengamatan pada artefak hangus yang ditemukan di kawasan Moli del Salt di Tarragona, Spanyol. Sebelumnya, daur ulang terhadap perangkat batu zaman pra sejarah sulit dilacak karena tidak ada rekaman arkeologis. Namun, setelah ditemukan bukti, seperti pada laporan yang dituangkan di jurnal Archaeological Science, tampaknya praktek itu dimungkinkan.

“Untuk mengidentifikasi daur ulang, sangatlah penting untuk membedakan dua tahap pembuatan sebuah benda. Saat sebelum dia dibentuk dan saat sesudahnya. Kedua bentuk dipisahkan oleh sebuah interval di mana benda itu telah mengalami modifikasi,” kata Manuel Vaquero, peneliti dari Universitat Rovira I Virgili.
“Ini merupakan kali pertama sebuah studi sistematik seperti ini dilakukan,” ucapnya.

Dalam studinya, para arkeolog menemukan banyak sisa-sisa pembakaran di Moli del Salt yang diperkirakan berasal dari era Upper Palaeolithic, sekitar 13 ribu tahun lalu. Para pakar menyatakan, pemilihan artefak sisa pembakaran dilakukan karena mereka bisa menginformasikan dengan mudah apakah mereka telah dimodifikasi setelah dikenai api.
Dari penelitian yang dilakukan, terindikasi bahwa praktek daur ulang terhadap alat-alat sehari-hari merupakan tindakan yang jamak dilakukan di masa tersebut. Perangkat daur ulang sendiri lebih banyak digunakan untuk aktivitas domestik dan tampaknya terkait dengan kebutuhan alat yang mendesak. Sayangnya, praktek daur ulang ini tidak terdokumentasi dalam catatan sejarah, seperti halnya pendokumentasian artefak-artefak lain.
Menggunakan peralatan yang didaur ulang membuat manusia-manusia tersebut tidak perlu bepergian jauh dari perkampungan mereka demi mencari bahan baku untuk alat-alat yang mereka butuhkan. “Mereka cukup memakai peralatan-peralatan yang ditinggalkan oleh kelompok-kelompok lain yang pernah menghuni kawasan tertentu,” ucap Vaquero.
Meski demikian, saat menganalisa situs arkeolog tersebut, Vaquero dan timnya mengingatkan bahwa manusia yang menempati kawasan Moli del Salt bisa saja telah membawa benda-benda daur ulang tersebut dari tempat mereka pertama kali menemukannya. “Ada kemungkinan juga bahwa mereka melakukan penggalian atau menyingkirkan sedimen saat mencari alat-alat yang mereka butuhkan itu,” ucapnya.
(Abiyu Pradipa. Sumber: Phys.Org)